!---->

Type something and hit enter

ads here
On
Proton
Mobnas Rasa Proton, Salah Dimana?

JAKARTA, ASIA OTOMOTIF - Buntut Jokowi bertandang ke Malaysia pada Jum'at, (6/2) lalu, sebagai tindak lanjut anjuran PM Datuk Seri Najib Razak yang mengusulkan kerjasama pengembangan kendaraan beroda empat nasional dan selanjutnya ASEAN, dikala pelantikan Presiden Jokowi, Oktober 2014 lalu, menuai banyak tanggapan.

Pasalnya, keputusan Jokowi menggandeng merek kendaraan beroda empat pelat merah Malaysia, Proton dalam pengembangan dan eksplorasi kerjasama baik aspek komersil maupun teknis, dianggap salah langkah.

Karena, kenyataannya Proton hanyalah perusahaan otomotif yang hanya membeli lisensi dari perusahaan lain, bukan membuatkan sendiri.

Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Automotive Nusantara (Asia Nusa), yang membawahi merek kendaraan beroda empat lokal menyerupai Fin Komodo, Wakaba, Tawon, GEA dan Kancil, pun angkat bicara!

"Jika langkah Jokowi menyerupai itu, jangan harap industri otomotif nasional bisa mandiri. Kerjasama kok sama pembeli lisensi," kata Dewa dikala wawancara dengan kami lewat pesan pribadi, Jakarta, (6/2) .


Di Industri otomotif perkembangan tipe dan model berlangsung sangat cepat, sehingga teknologi berkembang cepat. Kalau teknologi desainnya tidak dikuasai pasti akan tersingkir.

"Disitulah kelemahan Proton, mereka tidak sanggup mendevelop teknologinya alasannya tidak tau filosofi teknologi yang mereka beli. Begitu product life cycle-nya habis pribadi drop," tambah Dewa.


Berbeda dengan Hyundai-KIA yang berhasil mendunia, lanjutnya, alasannya mereka membeli 'design house' pembuat prototype kendaraan beroda empat di Milan, Detroit, Melbourne, jadi bukan dibuat di dalam negeri dan bukan hanya membeli lisensi saja.

Jadi, jikalau kebijakan Proton saja terus menerus hanya membeli lisensi, maka lambat-laun produknya akan usang. Terbukti, Proton di pasar Tanah Air hampir kehilangan konsumennya. Bahkan di negaranya sendiri.

Dari data GAIKINDO Domestic Market total by Brand (2007-2014), penjualan Proton semakin merosot tajam.

Tahun 2009, tercatat Proton bisa menjual produknya sampai 2,150 unit, namun terus tergerus, pada 2014 mereka hanya bisa menjual sebanyak 523 unit.

Bahkan di Malaysia sendiri tidak terlalu bagus. Proton masih kalah bersaing dengan brand ke-dua mereka, Perodua. Tercatat, bahwa sang adik bisa mengungguli dari sisi penjualan.

"Sehingga boleh dikatakan, perjanjian ini tidak kuat apa-apa. Itu hanya "gimmick" Jokowi untuk melunakkan hati malaysia 'menolong' industri Proton yang gulung tikar dan ini seni administrasi jitu, untuk minta pertolongan pemerintah Malaysia lebih menunjukkan perhatian kepada TKI kita yang 3,5 juta, sekaligus nego batas landas kontinen Maritim dengan Malaysia, kata Dewa lebih lanjut.

Harusnya Jokowi berkaca, tambahnya, yang kerjasama dengan punya lisensi aja disini tidak ada yang menunjang nasionalisme, kita selalu jadi production base dan market base, cuma diperas habis-habisan.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatangan memorandum of understanding (MoU) dengan Proton Holdings Bhd, pada Jum'at (6/2) lalu di Proton Center, Malaysia.

Dimana, PT Adiperkasa Citra Lestari yang dipimpin Jenderal TNI (purn) A.M Hendropriyono, ditunjuk pemerintah untuk melakukan proyek ini bersama Proton Holdings Bhd.