Ilustrasi Pabrik Mobil di India. |
Asia Otomotif, Jakarta - Mobil Nasional sering dipandang memiliki dua muka. Sering Mobil Nasional dipandang sebagai tahayul yang ditakuti, dijauhi, dipandang tidak ada gunanya dipikirkan jika kita tidak punya uang. Dibilang ialah dosa jika kita menggunakan uang yang hanya sedkit untuk sesuatu yang resikonya terlalu besar.
Di pihak lain, Mobil Nasional digambarkan terlalu sederhana. Seakan-akan asal bisa gabungkan komponen-komponen mobil, setiap orang yang memiliki bengkel bisa bikin Mobil Nasional. Mobil Nasional dipersepsikan secara naif sehingga ditertawakan dan ditinggalkan orang alasannya dianggap sebagai mainan penghayal yang tidak serius dan tidak memiliki prospek bisnis yang nyata.
Sering kita dengar bahwa orang Indonesia punya hambatan kultural untuk menjadi pelaku industri alasannya latar belakang kultur kita agraris yang kurang proaktif cenderung menunggu, lebih biasa dengan budaya mulut kurang bisa menulis, kurang kepekaan terhadap waktu dan angka, kurang bisa analysis bertindak segera dan cepat, mudah kompromi dan merubah sasaran, cenderung berusaha secukupnya dsb.
Tetapi fakta di industri yang ada memperlihatkan bahwa dengan management yang baik, jika disediakan pengaturan yang baik, orang Indonesia bisa lebih baik dari bangsa lain, sebut saja dibandingkan dengan orang Jepang misalnya.
Yang penting ialah perencanaan dan persiapan untuk pengendalian yang baik selalu harus ada.
Kelemahan kita umumnya kurang perhatian dan persiapan untuk meng-establish mindset ini. Padahal tidak selalu bahasa dan sistem nilai masing-masing orang itu sama, sedangkan industri menuntut orang bekerja menyerupai robot, dengan sikap yang sama, ketrampilan yang standard, metoda, materi dan alat yang standard, sasaran dan jadwal waktu yang direncanakan dsb.
Mindset industri harus disiapkan bersamaan dengan set up perusahaan, penyiapan produk dan fasilitas produksinya. Harus ada kesadaran bahwa nyawa atau jiwa industri ini tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi harus disepakati, dibina dan direncanakan, dipelihara dan dikembangkan. Nyawa ini sering terlihat menjadi ciri yang membedakan antara industri yang dibina dengan campur tangan aneh (pma misalnya) dengan industri yang sepenuhnya dikembangkan lokal.
Beberapa point mindset yang dibutuhkan jika kita ingin membentuk industri kendaraan beroda empat nasional diantaranya ialah aspek-aspek menyerupai berikut:
1. Bertindak sesuai standard
Ada definisi dan aturan yang ditetapkan untuk segala sesuatu yang menyangkut metoda, alat, proses dan ukuran keberhasilan proses, pengetahuan dan ketrampilan, produk dan ukuran keberhasilan produk, dll. Segala sesuatu disiapkan aturannya, pedoman pelaksanaan dan target pencapaiannya, batasan waktu, kawasan dan kriteria yang jelas. Mula-mula, setiap yang berulang, selalu harus punya aturan yang disepakati. Kemudian janji yang terbukti baik harus dituliskan sebagai stadard. Akhirnya hanya dengan standard itu pekerjaan boleh dilakukan. Standad itu sewaktu-waktu ditinjau kembali dan standard dirubah untuk perbaikan, jika ada yang lebih baik. Setiap hal ada standarnya sebagai pedoman kerja dan contoh penilaian hasil kerja. Standard ini menjadi tumpuan contoh dan semangat untuk pengaturan selanjutnya yang berkembang dan selalu ditingkatkan. Standard mencakup semua aspek teknis operasional, aspek ketenaga-kerjaan, keuangan dan manajemen umum yang diharapkan oleh bisnis.
Contohnya:
-Setiap barang punya lokasi kawasan yang ditetapkan dan barang tersebut selalu diatur kembali ketempatnya pada waktu yang ditetapkan pula.
-Setiap proses punya syarat ketrampilan apa yang dibutuhkan dari operatornya, terang batas baik buruknya, terang urutan kerja dan ukurannya, terang alat dan bahannya, terang cara kerjanya, terang kondisi kerjanya, terang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dst.
-Setiap material yang digunakan punya tuntutan spesifikasi yang terang dan dipastikan bukti pemenuhannya dengan sampling pengujian terjadwal dsb.
-Setiap lokasi dan aset ada penanggung jawabnya dengan aturan kebersihan, keteraturan, pemeliharaan yang jelas.
2. Bekerja sistem penyusunan aktivitas dengan target dan sasaran yang jelas
Seperti juga dengan standard untuk aturan umum, aktivitas yang dijalankan selalu berdasarkan rencana dan sasaran yang sudah disepakati bersama sebelumnya.
Pengaturan kerja memastikan koordinasi dan sinkronisasi sinergi antar bab untuk optimisasi sumber daya yang terbatas.
Agenda dan jadwal pekerjaan. prioritas dan pembagian kerja selalu harus terang dan disepakati sebelumnya.
Sehingga Deming mengambarkannnya dalam suatu siklus PDCA (Plan, Do, Check dan Action). Perencanaan harus menyeluruh dan memenuhi unsur 5W + 1H yang mewakili seluruh aspek yang harus dipersiapkan.
Target harus diambil secara SMART (Simple, Measurable, Achievable, Reasonable dan Timely). Ada daftar dari parameter dan variabel yang dipilih sebagai ukuran dengan nilai pencapaian yang dituntut yang disepakati sebagai ukuran keberhasian yang dievaluasi dari waktu ke waktu. Hasil kerja dilaporkan, dibandingkan dengan rencana, dianalysis dan diambil keputusan tindak lanjutnya secara berkala. Sehingga hasilnya dapat kita lihat, setiap keputusan selalu diikuti dengan control point ukuran keberhasilan yang menjadi sasarannya.
Program disusun lengkap dengan kebutuhan spesifik tenaga kerja dan anggaran biaya yang dibutuhkan.
3. Punya metoda, standard kerja yang dilengkapi dengan ukuran-ukuran pencapaian, ukuran-ukuran kualitas yang diharapkan, batasan-batasan kondisi kerja, data empiris untuk performance, bench mark untuk best practice, dsb
Metoda ini memiliki tumpuan yang terang yang digunakan sebagai patokan dasar untuk perencanaan kualitas, design dan pengembangan perbaikan selanjutnya. Standard kerja ditetapkan untuk setiap langkah proses yang dilaksanakan untuk setiap item produk yang dikerjakan. Standard kerja menjamin efektifitas dan efisiensi keja dan keandalan untuk kemampuan proses. Perencanaan standar kerja ini ditetapkan bersamaan pada dikala perencanaan kualitas dalam pengembangan setiap produk gres dan dievaluasi untuk dikembangkan untuk perbaikan selanjutnya. Pengembangan produk harus disertai dengan perencanaan kualitas secara bersamaan, sehingga ada jaminan bahwa produk yang dikembangkan sesuai dengan cita-cita pembeli.
Pengetahuan yang melampaui kebutuhan operasional dikala ini perlu ada untuk menjamin tersedianya solusi dan kemampuan bersaing dan berkembang dalam menghadapi perubahan di pasar.
4. Punya system untuk komunikasi, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, penanggulangan masalah, penanganan penyimpangan, pengambilan keputusan, peninjauan. penilaian, pengembangan dsb
System ini mengatur pembagian kerja dengan tugas, sasaran dan kewenangan yang jelas. System ini mengatur fatwa kerja dangan kriteria hasil yang jelas. System harus mengakomodasikan aturan untuk penanganan terhadap penyimpangan, rencana darurat jika terjadi penyimpangan serta langkah penaggulangan problem yang terjadi. System harus mendefinisikan langkah yang disepakati untuk perencanaan bisnis, perencanaan kualitas, pengembangan produk, perencanaan produksi, pemasaran dan penjualan serta derma finansial, manajemen umum dan general affair.
5. Punya nilai-nilai perilaku yang disepakati sebagai kultur kerja yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten. Pembentukan sikap, nilai dan norma bersama ini dibuat tertulis, dituntut dan diucapkan sebagai permintaan, dicontohkan atasan dan dijaga dengan reward dan punishment yang konsisten
Terbinanya iklim komunikasi yang sehat perlu untuk memperkecil friksi dan hambatan untuk bekerja sama secara fair, firm and friendly. Spirit kerja yang tinggi mendukung kreatifitas dan produktivitas kerja. Pembentukan team work disupport oleh sikap saling menghargai, tidak saling menyalahkan, orientasi terhadap solusi berdasarkan janji bersama, penghargaan yang setimpal untuk prestasi, kesempatan yang sama untuk berkembang, perlakuan yang adil dalam pengaturan upah dan penyelesaian konflik dsb.
6. Menguasai detail setiap langkah proses bisnis dan proses transformasi material untuk produk yang dihasilkan
Penguasaan proses memastikan tercapainya kualitas yang direncanakan dengan tingkat harga yang sesuai untuk mencapai profit yang ditargetkan. Penguasaan proses memungkinkan pengambilan keputusan yang optimum berdasarkan pertimbangan cost benefit ratio yang terang unuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang diharapkan. Penguasaan proses mendorong usaha menciptakan ongkos produksi serendah-rendahnya melalui improvement. Penguasaan proses memastikan kualitas hasil yang direncanakan dan kemampuan recovery jika terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan. Pelatihan yang memadai memastikan operator yang siap dan handal. Penguasaan proses memastikan keandalan sistem produksi dengan pengendalian kemampuan proses secara konsisten tanpa harus terkaget-kaget dengan hambatan tiba-tiba yang tidak diharapkan. Pada dasarnya, jika prosesnya tidak dikuasai, sebaiknya jangan berbisnis. Karena tanpa penguasaan proses bisnis sulit dikendalikan.
7. Menguasai medan, pergerakan, demam isu perkembangan pasar dan bisnis secara keseluruhan
Profit harus selalu menjadi tujuan dari bisnis, sehingga pendapatan perusahaan dapat selalu berkembang, mengimbangi kenaikan biaya overhead. Perlu kesadaran bahwa semua operasional diubahsuaikan dengan tujuan bisnisnya. Sehingga bisnis harus direncanakan, direview dan dievaluasi secara berkala. Perlu disiapkan alat untuk memonitor dan menganalysis perubahan yang terjadi di pasar. Sehingga bisa mengantisipasi perubahan dan merencanakan ekspansi sesuai sasaran yang sempurna untuk sustainable dan berkembang di pasar.
Perlu kemampuan untuk mengantisipasi perubahan moneter dan hambatan finansial, financial engineering untuk pendanaan dsb. Perlu disadari bahwa profit harus didapat dari efisiensi dengan membuat ongkos produksi serendah-rendahnya dan menghindari pemborosan dari penyimpangan yang terjadi terhadap rencana.